Kenaikan BBM
Persepsi Dampak Positif, Negatif, dan
Upaya Solutif
Masih segar dalam ingatan
ketika penentuan Pemenenang Pilpres oleh KPU diumumkan, ada hal yang sedikit
menggelikan terjadi dimana seorang Presiden Terpilih yang belum defenitif
dilantik sebagai presiden mendesak Presiden defenitif untuk segera menaikkan BBM
(Bahan Bakar Minyak), sebagian pengamat menilai bahwa langkah Sang Presiden
terpilih sebagai sebagai bentuk kepanikan dan akan berpengaruh pada
pemerintahan yang akan dipimpinnya kelak, namun upaya itu tidak digubris oleh
SBY (Presiden Defenitf waktu itu). Belum genap sebulan setelah pelantikan
Presiden dan Wapres, isu kenaikan BBM-pun kian menguat, sehingga menimbulkan
berbagai pro dan kontra masyarakat terkai kebijakan tersebut.
Dalam
upaya membangun masyarakat yang cerdas dan berpemikiran maju, setiap persoalan
seharusnya disikapi dengan bijaksana dan penuh perhitungan, dengan landasan
Konstitusi dan nilai-nilai lokal, untuk itu masyarakat dipandang perlu untuk
membandingkan hal positif dan negatif, serta upaya solutif.
Persepsi
Positif dan kemungkinan terbesar pencapaian positif kenaikan BBM:
1. Sudah menjadi tradisi pemerintah bahwa
alasan yang paling kuat dalam kenaikan harga BBM secara nasional adalah Beban
Subsidi Pemerintah. Sehingga untuk menyelamatkan Subsidi BBM yang dipandang
banyak salah sasaran dan dialokasikan pada pembangunan yang lain maka kenaikan
harga BBM adalah salah satu solusi.
2. Indonesia sebagai negara yang
berpenduduk terbanyak ke-3 di dunia menjadi sasaran pemasaran yang tepat dan
sehingga Pertamina dapat meraih keuntungan yang maksimal dalam upaya
pembangunan Pertamina dan negara.
3. Posisi harga minyak dunia saat ini
berada pada level rendah yang dalam pandangan ekonomi merupakan waktu yang
paling tepat untuk mengambil langkah buy/bid/beli dengan asumsi kebutuhan BBM
secara global akan tetap tinggi sehingga pada dasarnya harga akan tetap naik,
dengan demikian negara akan sangat diuntungkan, hal ini didukung karena
pemimpin Indonesia saat ini berlatar belakang pengusaha.
4. “Naik sedikit tetapi bertahap lebih
baik daripada naik sekaligus”. Setidaknya pemerintah telah mengantisipasi
terhadap tingginya kebutuhan BBM di Indonesia sehingga dengan kenaikan harga
BBM akan muncul upaya untuk mencari sumber energi yang lain.
5. Membangun kesadaran masyarakat untuk
menghemat penggunaan BBM.
Persepsi
Negatif dan kemungkinan terburuk dampak kenaikan BBM:
1. Kenaikan BBM yang oleh Pemerintahan
Jokowi – JK merupakan upaya untuk balas budi, dan mengembalikan modal yang
dikeluarkan pada Pilpres lalu, hal ini didukung oleh karena aset dan usaha
terbesar keluarga Megawati bergerak di bidang SPBU.
2. Ada upaya untuk menggeser posisi
Pertamina sebagai pemasok BBM terbesar di Indonesia sehingga SPBU yang lain
menjadi perhatian masyarakat.
3. Kenaikan BBM dipandang sebagai salah
satu langkah kebijakan “Teori Evolution/Evolusi” agar mempermudah dalam
membedakan antara masyarakat yang mampu bertahan dan tidak mampu bertahan
secara ekonomi, hal ini dipadang sangat berpihak pada para kapitalis.
4. Kebijakan kenaikan BBM oleh indonesia
adalah hal yang ironi, dimana indonesia adalah salah satu negara penghasil atau
memiliki sumber daya alam BBM yang melimpah namun tidak dapat dimanfaatkan
untuk rakyat, hal ini akan sangat bertentangan dengan UUD 1945 pasal 33 tentang
Kesejahteraan Sosial.
5. Opini umum publik seperti meningkatnya
biaya produksi, opersiasional, transportasi dan konsumsi yang sejalan dengan
peningkatan inflasi.
Persepsi
dan Upaya Solutif terhadap Sumber Daya Mineral, Energi yang sangat erat
kaitannya dengan Subsidi BBM:
1. Indonesia seharusnya lebih mandiri
dalam mengelola kekayaan negara sehingga mengurangi “kebocoran”, dan
mengedepankan konstitusi untuk menunjang kesejahteraan Rakyat Indonesia, bukan
dengan membuat aturan untuk menggugurkannya dan/atau mencari celah untuk
mendapatkan keuntungan pribadi/golongan.
2. Dalam upaya agar Subsidi BBM tetap
sasaran, dalam penyalurannya seharusnya mendapat kontrol yang ketat dari
pemerintah, sehingga tidak menjadi permainan pasar bagi para penyalur.
Pernahkah anda melihat penyalur BBM/SPBU yang keuntungannya sedikit..???
3. Subsidi BBM seharusnya tidak bersifat
nasional, tetapi mengikuti pola pemerintahan otonomi daerah, hal ini dalam
upaya pemerataan pembangunan Nasional.
4. Dalam upaya mereduksi konsumsi
masyarakat terhadap BBM bersubsidi, SPBU pada kota-kota besar di Indonesia
tidak menjual BBM bersubsidi, hal ini akan mengurai kemacetan, dan
maksimalisasi Mass Transport.
Sumber:
Comments
Post a Comment